Ciri Fisik Burung yang Rentan Punah, Apa Saja?
H-SAMIN / 38 Menit yang lalu / 0 CommentJalak Bali salah satu spesies burung yang terancam punah Foto: AP/Tatan Syuflana
Kepunahan burung telah menjadi masalah global yang kian memprihatinkan. Namun, sebuah penelitian terbaru dari Utah University, Amerika Serikat berhasil mengidentifikasi ciri-ciri fisik dan ekologi yang dapat memprediksi risiko kepunahan burung.
Menurut analisis para ahli biologi dari kampus tersebut, burung-burung endemik yang tinggal di pulau, yang tidak bisa terbang, berbadan besar, dan memiliki sayap yang runcing terdeteksi paling rentan terhadap kepunahan.
Penelitian ini menganalisis 216 spesies burung yang punah sejak tahun 1500 dengan tujuan mendapatkan informasi baru untuk upaya konservasi. Hasil dari penelitian ini dapat membantu ilmuwan dan aktivis lingkungan lebih mengetahui faktor penyebab kepunahan burung dan berfokus pada spesies yang paling membutuhkan perlindungan.
Dengan mempelajari ciri-ciri fisik dan ekologi burung yang telah punah, kita dapat lebih mudah mengenali spesies yang terancam. Hal ini memungkinkan kita untuk mengambil langkah pencegahan yang lebih tepat.
Temuan ini sangat penting, mengingat lebih dari 1.300 spesies burung yang terancam punah dan banyak diantaranya hidup di pulau-pulau yang rentan terhadap perubahan ekosistem serta spesies invasif.
Kyle Kittelberger, mahasiswa pascasarjana dari Sekolah Ilmu Biologi Universitas Utah dan penulis utama penelitian tersebut, mengungkap bahwa penelitiannya bertujuan untuk memahami spesies burung yang telah punah. Ia menggunakan data masa lalu untuk memberikan wawasan tentang masa kini dan masa depan.
Kittelberger mengatakan, “Saya sangat tertarik pada kepunahan dan memahami spesies yang telah punah serta mencoba memahami bagaimana kita dapat menggunakan masa lalu untuk memberi informasi yang lebih baik tentang masa kini dan masa depan.”
Penelitian ini menggunakan database besar bernama BirdBase yang memuat lebih dari 11.600 spesies burung seluruh dunia. Tim peneliti menganalisis berbagai ciri biologis, ekologi, dan biogeografi burung-burung yang telah punah, serta burung yang baru-baru ini menghilang atau sangat langka.
Salah satu temuan yang paling mencolok adalah pentingnya waktu dalam memahami kepunahan burung.
“Yang terpenting, kami meneliti korelasi biologis kepunahan burung melalui sudut pandang kapan burung punah. Ini membantu memprediksi waktu kepunahan yang membantu memberikan informasi lebih baik mengapa burung dengan ciri-ciri tertentu punah pada saat itu,” ujar Kittelberber. “Salah satu kelebihan pendekatan yang kami gunakan adalah kami membandingkan semua sifat ini secara bersamaan. Sedangkan banyak penelitian sebelumnya hanya melihat sifat-sifat secara terpisah,” ujarnya.
Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa burung endemik yang hanya ditemukan di pulau-pulau tertentu lebih rentan terhadap kepunahan.
Contohnya, burung ‘Akikiki’ yang hanya dapat ditemukan di Pulau Kauai, Hawaii. Kittelberber mengatakan, “Pada saat itu, diperkirakan terdapat sekitar 70 ekor Akikiki yang hidup di alam liar di pulau Kauai. Namun, kini hanya tersisa satu ekor.” Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya spesies endemik terhadap perubahan lingkungan.
Ancaman utama bagi burung seperti ‘Akikiki’ adalah spesies invasif yang diperkenalkan oleh manusia, seperti nyamuk malaria dan ternak dapat merusak habitat mereka.
“Ancaman utama bagi ‘Akikiki’ datang dalam spesies yang diperkenalkan, terutama nyamuk malaria dan ternak yang merusak habitat.”
Tim peneliti juga menemukan korelasi antara bentuk sayap dan kepunahan burung. Burung dengan sayap yang lebih runcing, yang memiliki kemampuan terbang yang lebih baik, ternyata lebih rentan punah. Para peneliti berpendapat bahwa burung dengan sayap runcing dapat terbang lebih jauh dan menyebar lebih mudah. Namun, mereka kesulitan dalam beradaptasi dengan tekanan lingkungan yang semakin berat.
“Bayangkan burung walet atau burung layang-layang atau burung seperti albatros yang terbang di atas lautan. Mereka memiliki sayap yang sangat runcing yang memungkinkan mereka terbang dengan sangat baik, sedangkan burung di hutan hujan tropis yang lebat dapat terbang sejauh ini. Jadi mereka memiliki sayap yang membulat karena mereka hanya bergerak di habitat lokal.”
Selain bentuk sayap, ukuran tubuh juga memiliki peran penting dalam kepunahan burung. “Burung yang lebih berat cenderung menjadi sasaran perburuan,” kata Kittelberger.
Sebagai contoh burung Dodo, Great Auk, dan Spectacled Cormorant yang memiliki tubuh besar sebagian besar telah punah karena diburu oleh manusia. Selain itu, burung pulau cenderung lebih besar daripada burung daratan. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa burung endemik lebih rentan terhadap kepunahan.
Hawaii adalah contoh yang jelas mengenai bagaimana kepunahan burung dapat terjadi di pulau-pulau kecil yang terpencil. Sejak tahun 1500, Hawaii telah mengalami 34 kepunahan burung dan menjadikannya sebagai tempat dengan tingkat kepunahan tertinggi di dunia.
Akibat peristiwa ini, Hawaii menjadi wilayah yang paling parah mengalami kehilangan keanekaragaman hayati unggas karena tidak ada tempat lain yang mencatat kepunahan sebanyak itu.
Meskipun tingkat kepunahan burung global menurun dalam beberapa dekade terakhir, tetapi berkat upaya konservasi yang lebih baik kini jumlah spesies yang terancam punah justru meningkat. “Meskipun tingkat kepunahan menurun dalam dekade berikutnya, jumlah spesies yang terancam secara global justru meningkat,” kata para peneliti.
Artikel ini sudah tayang di detik.com