Upaya Konservasi Kawasan Tahura Dengan Menggandeng Kearifan Lokal
H-SAMIN / 29 Oktober 2023 05:13 WIB / 0 CommentBalai Taman Hutan Raya (Tahura) KGPAA Mangkunegara I bakal mengadakan Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Lanskap dan Kearifan Lokal (Kopi Pascal) untuk meningkatkan konservasi area hutan lereng Gunung Lawu di Karanganyar dan Wonogiri.
Subkoordinator Pemanfaatan Balai Tahura KGPAA Mangkunegara I, Dhidhit Suryono, mengatakan sejak turunnya SK peralihan fungsi Tahura dari hutan lindung menjadi kawasan konservasi pada 22 Mei 2023 lalu, luas kawasan Tahura KGPAA Mangkunegara I bertambah sebanyak 11 kali lipat.
“Sekarang bertambah tidak hanya area di Candi Sukuh saja tetapi malah sampai ke Wonogiri, sementara personilnya tidak bertambah. Nah kami ingin melaksanakan kolaborasi konservasi berbasis kearifan lokal di Desa Conto, Bulukerto, Wonogiri mengajak masyarakat sekitar,” ujar Dhidhit.
Dhidhit mengatakan program tersebut dicanangkan akan dimulai 2 bulan lagi. Sebelumnya program disusun lewat survei sosial ekonomi masyarakat bersama Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) di lima desa melihat kearifan lokal di sana.
Dhidhit menjelaskan, Tahura memiliki beberapa blok, antara lain blok rehabilitasi, perlindungan, konservasi, pemanfaatan, religi, koleksi, dan wisata. Hal tersebut dibentuk menyesuaikan kondisi kelerengan dan potensi lahan yang termasuk di dalam kawasan mereka.
Masyarakat lokal yang diajak dalam hal ini akan bergabung dalam Kelompok Masyarakat Mitra Polisi Hutan (MMP). Nantinya secara real kegiatan mereka antara lain patroli gangguan keamanan hutan, sosialisasi MMP, dan kegiatan penguatan kelembagaan Masyarakat Mitra Polisi Hutan.
Sementara itu program kegiatan jangka menengah meliputi penguatan jiwa relawan lewat bimbingan teknis ataupun pelatihan.
Secara jangka panjang, MMP juga akan menjadi kelompok masyarakat yang berkomitmen menjaga kelestarian hutan dan gangguan keamanan hutan, serta terbentuknya Program Kerja Kelompok Tani Hutan yang dibagi dalam bidang pertanian dan perkebunan, peternakan, pengelolaan sumber mata air, konservasi kebencanaan, pemilahan sampah terpadu dan pembuatan pasar kuliner. Hal tersebut bertujuan menunjang program desa wisata di Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri.
Dari studi yang dilaksanakan aktivitas budaya yang dilaksanakan masyarakat Gunung Lawu terbagi menjadi 2 yaitu ritual keagamaan dan ritual untuk melindungi kelestarian alam dan budaya sekitar serta situs situs purbakala yang ada di Gunung Lawu.
Hal ini menarik untuk diangkat sebagai ikon masyarakat Lawu untuk menjaga kelestarian alam gunung tersebut. Beberapa aspek kearifan lokal yang bisa digunakan guna menjaga kelestarian kawasan konservasi di antaranya adalah syukuran di sumber mata air.
Menurut Dhidhit, masyarakat lokal mengira dengan memberi sesajen akan membuat air kembali tersedia, padahal karena mereka membersihkan lokasi sumber mata air, sumbatan-sumbatan di tempat tersebut hilang dan mata air kembali lancar.
Dhidhit menegaskan, upaya ini dilakukan bersama agar sumber mata air Gunung Lawu tetap lestari dan ekosistemnya terselamatkan meskipun baru saja mengalami kebakaran hebat. Dia juga menjelaskan dalam upaya rehabilitasi ekosistem tengah dilakukan penanaman kembali tanaman-tanaman di lereng Gunung Lawu.
Karena level Tahura bukan lagi hutan lindung melainkan kawasan konservasi, Dhidhit menegaskan upaya perlindungan flora, fauna, lahan, air, dan budaya di dalamnya akan lebih ketat lagi.
Artikel ini telah dimuat di soloposdotcom