Kisah Pangeran Sambernyowo Pendiri Mangkunegaran Menembus Gunung Lawu Menyerang Belanda Di Ponorogo
H-SAMIN / 14 September 2024 03:41 WIB / 0 Comment
Pangeran Sambernyowo Pendiri Istana mangkunegaran
PANGERAN Sambernyawa dikenal jago dalam strategi perang melawan penjajah Belanda. Perlawanan dimulai pada 1752, saat Pahlawan Nasional bernama asli Raden Mas Said memulai pergerakan dengan menembus hutan. Pangeran Sambernyawa pernah menembus jalan kecil tidak dikenal yang membentang di atas Gunung Lawu.
Rombongan pasukan ini kemudian tiba di Jogorogo setelah melanjutkan perjalanan usai serangan keempat yang dilakukan bersama para pemberontak di Ponorogo. Serangan ini merupakan yang kesekian, setelah tiga serangan di bawah Pangeran Mangkubumi sebelumnya menemui kegagalan. Pada saat itu, Ponorogo berada di bawah kekuasaan Madiun. Pada pertempuran itu, Bupati Ponorogo Raden Adipati Surodiningrat yang berkoalisi dengan VOC Belanda gugur.
Dikutip dari “Antara Lawu dan Wilis: Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 – 38, Gubernur Jenderal VOC Belanda Jacob Mossel yang menjabat 1750-61, melukiskan bahwa konstelasi konflik tersebut menyebabkan sang bupati wafat karena situasi rumit di antara pendukung Raja Mataram.
Menariknya, antara Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Sambernyawa akhirnya bisa bertemu di lereng Gunung Lawu. Sebelumnya Pangeran Mangkubumi terlebih dahulu berupaya melakukan serangan ke Ponorogo yang menjadi penguasaan VOC Belanda.
Pasca pertemuan itu, kedua pasukan menyatukan kekuatan hingga menuju utara Gunung Lawu melalui Jogorogo, yang kini masuk Ngawi. Serangan-serangan yang sebelumnya gagal, pada serangan keempat akhirnya berhasil ditaklukkan. Penaklukkan Ponorogo oleh Pangeran Sambernyawa membuat berhasil menyita harta benda milik sang penguasa di sana. Harta benda milik Surodiningrat lantas dikumpulkan dan ditawarkan ke Pangeran Bali, dengan imbalan permintaan bantuan. Setelah menguasai Ponorogo, Pangeran Sambernyawa menunjuk bupati dan jajaran penguasa baru bagi daerah ini. Namun sejatinya hak pengangkatan tersebut dimiliki oleh Mangkubumi, yang sesungguhnya dihormati oleh Pangeran Sambernyawa sebagai orang yang kontra raja.
Ketika kemudian Mangkubumi membatalkan pengangkatan yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa tersebut, terjadi perselisihan di antara keduanya. Di Ponorogo, terdapat cerita rakyat yang muncul tentang pertentangan kedua pemimpin tersebut. Menurut narasi cerita tersebut, pertentangan keduanya terjadi setelah Pangeran Sambernyawa tidak menawarkan dua perempuan atau penari bedaya, yang ditangkapnya di Ponorogo, yakni Ismoyowati atau Pun Saripi dan Marioneng atau Pun Sampet, kepada sang ayah mertua Mangkubumi.